Bukan di Malang Pabrik Buku Terbesar di Jawa Timur Terancam Tutup Akibat Konflik Pemilik Padahal Sudah Berdiri Sejak 1984 dan Hasilkan Rp12,9 Triliun
pabrik-jwvein/pixabay-
Perusahaan ini juga telah membawa keuntungan yang sangat besar bagi pemiliknya selama bertahun-tahun. Laporan keuangan pada kuartal pertama tahun 2018 mencatat pendapatan mereka sekitar Rp4,11 triliun.
Angka ini terus meningkat dengan signifikan, mencapai 866,45 juta Dolar AS atau sekitar Rp12,9 triliun pada tahun 2020.
Bahkan, pada tahun 2021, pendapatan mereka melonjak tajam hingga mencapai 1,02 miliar Dolar AS atau sekitar Rp15,2 triliun.
Keberhasilan perusahaan ini bahkan mengantarkan pemiliknya masuk dalam daftar majalah Forbes sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.
Sang pemilik berhasil menduduki peringkat kedua pada tahun 2022, dengan total kekayaan mencapai Rp145 triliun.
Angka ini hanya kalah dari Pemilik Djarum Group, Hartono bersaudara.
Namun, perlu diingat bahwa pabrik buku ini awalnya hanyalah usaha rumahan skala kecil yang dijalankan oleh keluarga.
Pada periode 1960-an, bisnis ini bahkan sempat mengalami kolaps dan hanya tersisa 2 mesin tua, yaitu sebuah mesin pemotong kertas asal China dan pencetak garis asal Solo.
Berkat kerja keras dan tekad yang kuat, usaha ini terus dikembangkan hingga akhirnya berhasil berdiri sebagai perusahaan besar bernama Asia Pulp and Paper pada tahun 1972. Pada tahun 1978, perusahaan ini mulai memproduksi kertas sebanyak 12.000 ton per tahun.
Produksinya terus meningkat, dan Sinar Mas Group akhirnya mengakuisisi 67 persen saham perusahaan ini.
Pada tahun 1984, mereknya berubah menjadi Sinar Dunia (SiDU), meskipun awalnya logo yang terpampang pada produk bertuliskan "Sinar Dunia."